jikapun waktu menggeliat pada peredaran
seharusnya mata tak lagi melihat
tak lagi lempang jalan tersamar dunia tiada ufuk
hanya terkesiap pada jejak-jejak camar
menoleh teramat sulit ke depan
sebab bayang-bayang yang kutitip pada malam jauh tertinggal di belakang
juga terasa jiwa membentuk lekuk berisi umpatan
seperti sengaja untuk menyisakan ragam karena
bisik-bisik hari pada kicau burung bukan lagi kendala
sebab kemarin telah melepuh pundak hingga bengkak
tulang-tulang membesar selayaknya keakuan
tidak ingin lagi kalah pada waktu
juga merasa tidak semerta menang padanya
maka aromanya kuhirup saja dalam nafas
dan bila waktu tidak mengerti,
akan kuterjemahkan seketika
setengah bergidik menyeret benak tengok belakang
ada pesan-pesan kutitip pada kembang basi
ada janji-janji kusimpan pada belatung
ada harapan termuntahkan sampah persis di tepi comberan
ada sesal seketika menampar muka telak sampai terjungkal ke ceruk jantung
keakuan tersangkut pada ranting rapuh
yang kudengar semalam patah karena angkuh
sebongkah berat kasat mata sungkur jiwa, mati rasa
seandai bisa bikin ganti ini nyawa, aku selesa
04/05/10
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar