12/04/10

Gumam Aneh

ada nyanyian pada isi kepala malam ini
seperti terus akan berjelaga
seperti kelam hutan di ujung malam
atau rumus tak pernah pecah

sepatut aku menjenguk hutan itu
segera setelah memecah ratusan rumus mampus
tapi aku masih di sini
berdiri tegak tak lagi beranjak
ini darah sudah menggelegak
andai pikir tak cepat menolak

ah, ku tarik pena berkarat telah pada ujung
ku maki kertas sampai tak punya ruang sisa
hampa ruang ini pengap
melintas sekilas sepoi sempat ku dekap

ku berteriak pada sebatang rokok
ku ajak dia bicara;
tentang malam
tentang hutan
tentang kelam
juga jelaga
dan rokok pergi bersama angin tinggal aku

aku lagi tak perduli
ku teriak pada rokok lain jadi pengganti
dan lelah dua puluh rokok telah
silih berganti menemani sudah
hanya untuk bicara;
tentang malam
tentang hutan
tentang kelam
juga jelaga

sialan!
terkadang ada nyamuk mampir menemani
juga ku ajak dia bicara;
tentang malam
tentang hutan
tentang kelam
juga jelaga

ah, tapi terlambat sebab sudah ku pukul dia cepat
dia berdarah
dia mati
dia terjepit antara telapak serta
aku punya kulit muka

ku meratap nyamuk tatap
seketika mendesah,
itu aku! ketika ini, pikirku...

08/04/10

Setakat Itu Saja

setakat ini air tetap mengalir menuju muara
setakat itu saja,
belumlah sampai ke lautan lepas
dia tersekat pada gumpalan sampah merata

dan air itu tidak lagi bening
dia berubahubah;
dari abuabu menjadi kuning
dari kuning terus ke hijau
dan kini hitam telah rebah melampau

orangorang berkitar di tepitepi muara
setakat itu saja,
tidak sampai hati menghirau
hanya sekedar sepotong gurau

aku adalah air itu,
terpenjara sampah sekitaran
berharap serangan hujan menyelamatkan keakanan

04/04/10

Tonase

ada tumpahan darah di geladak kapal
kecil seperti curah hujan yang mengukir pasir
banyak sebab rintik itu sememang jamak

para nakhoda mata tak tampak
sebab mereka tengah bermain di anjungan
merentang tangan umpama sayap
seperti romansa dalam titanic

para nakhoda lupa sekoci
mungkin juga lupa diri
sebab darah tak jua bersih

itu sekoci tinggal di pelabuhan kemarin
dimana mereka angkuh atas nama cupid

pernah aku juga ikut berlayar
mengarungi lautan diam dan kelam
ketika ombak besar memberi salam
badai dan petir melalu lalang
menghantam kompas ku bawa dengan hati
aku tenggelam di dasar samudera paling dalam
tak ada anjungan
tak ada geladak
apalagi sekoci

hanya diam, kelam dan hitam

Metanefros

mungkin kini metanefros
pengganti miris piranti nekrosis
sebab alkisah telah terampas
melaknat badan juga terhempas
cuma eritrosit pada tubuh lama memucat
tak tampak lagi hemoglobin bermain di sana
hanya beberapa urat tak berguna