05/07/10

Poenale Sanctie

ada tubuh kurus menelingkup tembakau kering
kedua tangannya terikat jerat
di belakang mandormandor muka berang
dengan cemeti di tangan
meliukliuk membentuk kurva tajam

cemeti mengiris kulit, menulis tulang
ada jerit mendaki bukit
pecah langit
kuat hingga tak mungkin ada kuat lain
lalu mati jadi teman

note:
mengingat para buruh tembakau deli pada pemerintahan kolonial Belanda

Jika Sajak Bicara

jika sajak bicara,
ia bicara tentang rahasia
rahasia tak seharusnya terbuka
ia bicara seperti tahu tapi tidak
ia bicara meledakledak, melebihlebih;
ada bebek naik sepeda
ada mayat jalan di taman
ada kucing pakai celana
ada nyamuk mandi di kolam

jika sajak bicara,
ia bicara berputarputar tujuh putaran
ia akan membelitbelit arti
tak terdapat makna sepakat
ia bicara bahasa aneh, berputar seperti gasing;
ada Superman beli sepeda
sepeda dipinjam sama Batman
Batman main ke rumah Luna
Ops...Luna kini ada masalah

jika sajak bicara,
aku kau singgah sekejap ke alam ghaib
tanya pada pokok secuil makna

jika sajak singgah ke pasar,
orangorang berduyun-gayun membelinya
tak peduli hujan, sebab sajak sedang bicara

jika sajak singgah ke seminar,
orangorang manggutmanggut seperti ayunan
tak peduli salah, sebab hidup sudah terlalu salah

jika sajak singgah ke makam,
orangorang meraung-gerung dari jantung paling palung
tak peduli siapa, sebab sajak kata kita segala mati

jika sajak singgah ke dewan,
orangorang terpana-nanar bernanahnanah
tak peduli bangsat, sebab jalan sudah lama tersesat

jika sajak singgah ke cinta,
orangorang bertekuk-ringkuk dalam kaca tipis romansa
tak peduli siapa, sebab sepi mendendam jiwa

ketika sajak mati, maka matilah mati

Cuman Bayang

dengarkan siulan malam di ujung jurang
ketika sepi menyahut lirih
pekat tak lagi lekat pada cadarcadar malam
ia sebentuk biasa menjadi awam

pada jurang sepi;
ada lubang rasa menganga pada biasa nan awam
ada ilalang panjang pada lubang rasa nan kelam
ada duriduri mewanti pada ilalang panjang nan agam
ada tajamtajam merajam pada duriduri mewanti anti

lihatlah! bila kau sememang lihat
ada dua lutung menggelantung kejar-kejaran
mereka tertimpa purnama

lutung pertama;
hitam pudar, depan teman
ia menari geratih berteriak abrak

lutung kedua;
hitam legam, belakang teman
ia menari kejar teman cuman bayang
ini lutung seketika mati
ketika purnama enjak bumi

di ujung malam, di dalam jurang
sepi
setidaknya lutung tidak sendiri menggelantung
masih ada bayang garang di belakang
merayap senyap

Di Ujung Jalan

sudah selesai sela itu selesai sudah
paku-paku bergeletakan
batu-batu bergelimpangan
sudah selesai...

selesai sudah selang seling rasa sudah
bising-busung menggelegar
riuh-puyuh menggelepar
selesai sudah...

matahari garang-girang serang sudah
bakar bayang mentah-muntah hilang entah

mercusuar berdiri julang
tantang tentang sengatan badai
mercusuar berdiri jelang
tentang tantang kesinambungan lalai

sudah selesai sudah...
mercusuar tiada guna telah
tegak merusak mata
baring tiada kisah
lari tak berkuasa
langkah tanpa mata
sebab selesai sudah selesai sela itu selesai sudah

mercusuar jatuh ke jurang
sepi