31/12/09

Ironi Tahun Baru 2

kembangkembang api mengingatkan aku
pada senyum itu. pada tatap manja itu
di saat malam kita belah

sepatutnya aku tak mengundang kisah itu
tapi dentuman mereka itu merias malam
beberapa menit saja
tapi cukuplah untuk mencabik aku dari dalam

aku tahu kau dan kembang api adalah sahabat
ketika kau temui, kau kan melompat
berdua kita putar malam.
mencari tenang dalam keramaian.

ini malam,
getarangetaran tubuhku memanggilmu
ku coba halau. kau tak bergeming.

lihat,
kembangkembang api itu terdengar lagi
ketika hampir ku pendam engkau kembali

pergilah kasih. berbahagialah.
biarkan ini jiwa remuk redam
menatap indah imaji ini

Ironi Tahun Baru

telah ku dengar letusan itu
meledakledak terhiaslah malam
tahun baru awal yang baru
kata mereka perias malam

juga ku dengar terompetterompet itu
berbunyi bekejarkejaran.
orangorang girang bukan kepalang
berlembar uang terbakar malam

"Lihat itu! cantiknya...." kata si perias
pada perias. aku tersenyum.
ledakan itu selaik cantik.

ini malam orang bersenang
selamat datang tahun hadapan

lalu...
tertampak anak;
kurus, kumal tanpa sandal
meratap jalan terduduk lunglai
itu tangan menggeranyang perut.
dan ia meringis.

hmm...
ironi ini menyesakkan aku

30/12/09

Selamat Jalan Gus Dur

Gitu aja koq repot...
frase itu mengikuti infus yang menembus lengannya
matanya menatapku. mengoyak persendianku
di samping kiri TV aku berdiri
wajahnya sendu tak segarang dulu
nafasnya satusatu menghentak pilu
tubuhnya bergetar dan aku gemetar

lalu dia pun tiada
berita itu menghentakhentakkan aku dan mereka
bukan kami tak terima engkau tiada
tapi hanya sedikit tokoh kami yang tersisa

Gitu aja koq repot...
frase itu akan abadi seabadi namanya
yang kan terpahat dan lekat dalam lembarlembar sejarah

selamat jalan guru bangsa
doa kami akan ikut beserta

29/12/09

Waktu

Waktu! silahkan ke belakang sekejap
aku ingin menulis cinta
dua tahun sudah
aku lupa!

tapi jangan lamalama
di situ ada luka

waktu! apa ku bilang!
jangan lamalama!

ha...terlambat. Aku ingat

23/12/09

Komunitas Suka-Suka

Nurani itu...
kau biarkan dia mati
agar kau bisa menari pada matinya

kau datangi dunia, lalu bilang
"Dia hilang, aku berlinang."

dunia tertipu. kaupun tertawa
sampai buncit itu perut
menahan kentut

komunitas kau, sukasuka punya
sukasuka kau mau muncrat,
moncrot, mencrat, mencret

awalnya hilang kata gemintang
lalu modar mudar kata sadar
habis ini, mati kata manusia
setelah itu, siapakah kau?

Aku dan Datang

dia datang. aku datang. dia hilang.
dia hilang. aku datang. dia menang.
dia menang. aku datang. dia tenang.
dia tenang. aku datang. dia gemilang.

apakah aku saja yang harus selalu datang ?
sedangkan dia terus saja berubah haluan

Kataku Punah

Tadi ku terjaga pada lama,
lalu ku bertanya pada kata tak bersuara
dan kata pun mangap menjawab megap;
"bagaimana ku bisa jawab?"

aku diam. aku heran. aku bilang;

"Bukankah kau kata yang bisa berkata-kata ?"
lalu ku bilang lagi;
"Bukankah kau kata dimana rahasia dunia berada ?"

"Benar..." kata berkata pasti, lalu dia bilang;

"Hanya saja aku tak mampu menjawab pertanyaan yang tiada."

20/12/09

At the Chain

me
at the
chain of pain
man! it tighten me
insane. run off letters
into words and words into
phrases or clauses. God! it hurts
me so bad 'til the blank of aloofness

various serious characters come with
the hilarious dangerous drum beat
so, it is obvious I surely in vain
schizophrenia to schmooze!
here you are in the
bar! and let it,
let it be
me
--------------------------------------
taken by: Pada Rantai

09/12/09

Udah ku bilang!

kalau kau ku bilang kau marahku
tapi ku bilang kau marah
baiklah! kalau kau marah ku bilang kau
sebab kau bilangku; aku marah kau
padahal, aku marah kau aku bilang

kalau kau ku tanya kau jawabku
tapi gak ku tanya kau jawab
beginilah! kalau kau jawab ku tanya kau
sebab kau tanyaku; aku jawab kau
lagipula, aku jawab kau aku tanya

06/12/09

Jika Aku Mati

Jika aku mati,
tertawalah kau sekeras hati
ucapkan lantang di depan orang
dia telah mati!

sudahlah! mungkin aku harus pergi
tapi jika aku mati,
palingkan mukamu ke seluruh penjuru
hingga tak ada lagi mata angin
yang bisa kau tuju

dunia ini milikmu, ambillah!
reguklah itu semua
aku tak kan perduli

entah jika aku mati,
arah pada aku kemana nanti
tapi aku tahu pasti
ini hati tidak mati

jika aku mati,
menarilah kau sepuas hati
tunjukkan pada dunia bahwa
dia telah mati!

tidak!
tidak ini hari!
hari ini
terhadap hati
terhadap kasih
kaulah yang mati!

03/12/09

Ini Bukan Aku

Pikiranku bukan pikiranku
ini asing diredam semu
dan semu pun mulai merapuh
atau rapuh ku haru-biru;
aku bukanlah ini!

Pikiran ini............
------mati--------!
kemudian ia terganti-ganti
lalu panah menghujam rejam
pada hati teramat dalam
lalu...
pikiran ini berlari-lari,
kadang berhenti;
harapkan singgah beroleh kata
tengok kanan-kiri,
lima menit terlampaui
aman?!
ia berlari lagi

pikiranku; marilah kembali,
ku sirami kau dengan kasih
kan ku taburi kau dengan wewangi
usahlah berlari
sebab hari tak kan kembali

baiklah, baiklah...
aku tinggalkan saja jejak-jejak itu
lalu kubiarkan ia mati
biar punah semua asa
biar musnah segala harap
atau mati segenap ilusi

tapi kini............
pikiranku;
masih bukan pikiranku,
aku bukanlah ini !

Enggan Melihat Terlalu Lama

kepada adinda, kanda berkata;
kanda tak pandai bertegas kata
atau mencoba pura wibawa
apatah lagi bergelimang harta

kanda buta akan dunia,
tak begitu paham dimana surga
bahkan, kanda lupa;
jalan menyinggah

mungkin...
kanda manusia bergelimang dosa
atau sampah di mata dunia
bahkan kanda tak berupaya
merangkai bangga

sudahlah....
maafkan kanda;
cerminpun,
enggan melihat terlalu lama

30/11/09

Pada Cermin di Pojok Kamar Sepi, di atas Dinding, di dalam Mimpi

berawal dari kasihnya kasih, kemudian pergi
seorang anak; kurus, hitam, tanpa dosa,
disekitarannya orang-orang terkasih
yang mengasih kemudian pergi
terlindung si anak dari angkara murka dunia atau
dari apa yang dikasih oleh orang terkasih yang mengasih
terlindung dari kewajiban dunia
lalu berlindung di bawah ketiak mereka

ah..........
si anak hanyalah anak;
yang menerima semua yang dikasih tanpa harus mengerti

di perjalanan ia gontai sementara waktu tak hendak perduli
orang yang mengasih; satu persatu pun pergi,
sebahagian tak lagi mampu untuk mengasih
dunia pun terbentang luas dihadapan,
cakrawala berkembang membentuk pandangan
semesta bergetar, sang surya terus bersinar
menyambut hari dengan pasti

lama si anak terdiam...
menelaah apa yang telah tertinggal tadi di belakang
harapkan cahaya petunjuk kehidupan,
pemberi ruang dalam kegalauan
hampa berharap dari orang terkasih yang mengasih

dimensi waktu, pembelajaran hidup,
penguasaan eksistensi menghantamnya,
si anak terjerembab dan mengeluh
lalu bangkit dan mengeluh lagi
dimana terkasih ketika ku butuh,
bertanya anak dalam hening di malam sepi
tak terjawab.

putaran roda begitu cepat
menghentakkan si anak dalam kesendirian
mencoba kuat, ia berpegang
pada tiang-tiang sandaran halusinasi tiada henti.
semerta terhoyong ke dalam pusaran ilusi
melewati kisi-kisi mimpi

dewasaku sebuah tragedi !
si anak berkata pada dinding yang tak berkata-kata
apa ini semua? aku tak mengenalnya.

Tak ada yang mengajariku,
tidak juga dari kau!
bahkan tidak dari terkasih yang mengasih,
bertanya anak pada cermin
di pojok kamar sepi, di atas dinding, di dalam mimpi.

29/11/09

Selimutku Carut Marut

Selimut ni gak cukup tebal walau Ia tebal.
bayangku menunggu letupan rindu di puncak kalbu
hasratku membuncah terpendam dalam ketidaktahuan
kututupi dengan selimut yang sudah carut-marut
kubuka sedikit..terlihat rumit

tenang....................
ku coba tenang,

gak usah bimbang, aku orang pasti menang
bertenang-tenanglah walaupun bimbang
karena Allah maha pengasih lagi maha penyayang

Teori Kemungkinan

Mungkin...
aku kaya
isteri soleha
anak tiga
luar biasa!

Mungkin...
aku kaya
isteri durhaka
anakpun sama
haram jadah!

Mungkin...
aku miskin
isteri yakin
anak alim
adem!

Mungkin...
aku miskin
hina dina
muram durja
sampah dunia
penuh nista
haram jadah
apa lagi ya ?
hahahahaha

tapi ini semua...
Mungkin!

Terhadap Dewi

jalan itu mengingatkanku;
gadis manis
paras ayu
lagi tersenyum
menjengkelkan!

setiap tanah dan bebatuan
hingga rumah-rumah beserta isinya,
setiap hembusan angin menderu-deru
setiap ratapan bahkan lirikan menikamku
entahlah...

sesaat seketika
otakku menjadi pengkhianat
kaki
tangan
mata
hidung
semuanya, ya semuanya
berkonspirasi tengik
memusuhi aku sedaya upaya

jalan itu menghantuiku
bertalu-talu memekakkan aku
meremukkan tulang belulangku
menghancurkan aku tanpa belas kasihan
persetan!

seribu maki
sejuta sumpah
beserta serapahnya sekaligus
tetap saja...
gadis manis
paras ayu
lagi tersenyum
berkelebat-kelebat tak tentu arah
tersembul dari alang-ilalang
menohok otak pengkhianatku ini
dengan pelan tapi tajam

jalan itu masih mengingatkanku
mungkin cuma bertanya kabar,
bagaimana kau dan kekasih dahulu.,
entahlah...

Aku di Malam Kelam Sepi

malam kelam sepi;
tilam
bantal
guling
kipas
muak!

siapa aku malam ini.,
apa aku besok gimana.,

malam makin kelam sepi;
otakku menari,
perasaan mati,
hambar!

aku mau senyum tapi tidak
aku tidak senyum tapi mau
aku senyum tapi tidak mau

masih saja berganti muka
hingga aku takpun pernah tau
apa aku sebenarnya...

Parodi Moral

Ini parodi moral adinda sayang
parodi terulang bagi kanda yang malang
masa di hadapan dahpun terbayang
tapi sayang sungguh sayang
ini parodi moral adinda sayang

adinda ada seseorang apapun alasan
kanda masih ingin diri seorang lepas ditinggalkan
walau kanda akui ini rasa adalah sayang
tapi sayang sungguh sayang
ini hanya parodi moral adinda sayang

waktu kita teramat singkat
walau sudah begitu dekat
tetap saja takkan melekat
niat kanda peluk dinda erat-erat
bahkan ini niat tak juga sempat

adinda sayang tiada terbilang
kanda kan pergi ke pulau seberang
biarkan adinda kembali normal
anggap saja ini parodi moral

Hari Tanpa Nurani

ketika dingin itu datang
aku telahpun tiba di pantai
kususuri jejak-jejak mimpi
disuatu kerajaan bernama Durjana

tapi nanti aku pasti kembali
walau kalah bakal menghadang
atau serapah orang memandang

biar............!
biarkan pemuka lupa
kemudian semesta dusta
aku masih punya dua kaki
akan kuseret mereka berlari
melawan hari tanpa nurani

Pada Rantai

Aku
Pada rantai
yang terlalu kuat
membelenggu hingga
sesak nafasku dan kucoba
lekatkan huruf-huruf menjadi
kata-kata menjadi frase-frase dan
klausa-klausa; harapku meredalah dia

aneka watak merotak ke relung kelam
menyusuri jejak-jejak hitam terletak
meresap dari pori lalu pembuluh
lalu kini aku dahpun terpaku
akumulasi watak ambigu!
biarkan kelam itu
biar saja itu;
Aku