31/03/10

Sesuatu

coba kau berikan aku sesuatu
pastinya juga akan ku berikan kau sesuatu
hingga kita lagi tak tahu apa itu sesuatu
sampai sesuatu telah menyatu menjadi sesuatu

dan sesuatu akan bicara
pada kita
pada cerita
pada kisah
mungkin juga parodi jenaka
yang kadang kurang akan sesuatu
juga pula merindukan sesuatu

sesuatu itu kau, sesuatu itu aku
sesuatu itu nada yang tidak kita temukan
dalam rangkaian komposisi lagu yang tengah kita buat

pernah sesuatu itu singgah
kemudian hilang kemana entah
tidak lama
sebentar saja
mati ketika kau menjahilinya
musnah ketika aku melupakannya
hilang seperti raibnya bunyi jangkrik ditelan riuh pawana

aku suka orang yang berani merindu sesuatu
tapi itu bukan aku sebab kini,
lagi tidak ku berani merindu sesuatu
meski sesuatu telah menyatu haru pada pembuluh

mungkin nanti, bukan kini...

29/03/10

Biarkan Hutan Bernafas Barang Sebentar

ini malam aku terbang sebentar naik sepatu roda
ku tembus dingin malam yang hinggap pada sela-sela ketiak
suara jangkrik, katak, burung hantu sahut menyahut
aku bergidik, mata mendelik, sebab kini sendiri di hutan
pepohon berserakan
ilalang menjulang
reranting tak bertepian
ini nyamuk juga kelewatan

ini hutan tampak sangar ini malam
tapi aneh...
sayup terdengar merisak-isak
ini hutan menangis-ringis
pepohon bergetar-ketar
reranting merunduk enggan mencaduk

"Jangan bunuh kami," suara itu terkepung isak

"Siapa?" tanyaku dengan lutut gemeletar, hampir saja aku terkapar

"Biarkan kami bernafas," suara itu memelas

"Maksudmu?" tanyaku pada hitam kelam malam di tengah hutan

"Biarkan kami bernafas sebagai ganti akan kami beri kalian nafas."

"Maksudmu?"

"Kalian perlu kami."

"Maksudmu?"

"Maksudmu, maksudmu, apa kau terlalu bodoh?!"

"Maksudmu?"

Gedubraak!!
tilamku tetiba hancur,
ku longok keluar jendela; banjir
ku tengok lagi ke samping; longsor
ku tengok ke atas, lampu bergetar; gempa

28/03/10

27/03/10

Jurang Sepi

pernah ku katakan padamu tentang sekerat mimpi yang dulu menjadi peratapan di pertemuan udara kita. mimpi yang membuatku lena di setiap waktu. mimpi tentang bintang dan bulan yang ingin ku hadiahkan padamu. tapi petaku jatuh di persimpangan tiga kemarin, di mana kita biasa berbicara pada rumput dan pepohonan. hingga kini aku tersesat pada jurang yang punya banyak ilalang berduri tumbuh liar di tepi-tepinya. sebenarnya telah ku coba mendapatkan peta lainnya tapi sepinya jurang merusak segala rencana. jurang ini terlalu diam dan kelam seakan dia enggan mengajariku bagaimana cara berbisik. hanya desir angin sekali sekala menemaniku dalam mereguk secangkir sepi. dan aku mulai terbiasa. aku mulai menikmati aroma sepi ini dengan sepotong hikmah pada pinggan yang mulai retak. ku teguk dan ku cicipi manisnya hingga ketika bahasa tubuhmu bilang padaku dengan angkuh bahwa kau telah mendapatkan bintang serta bulan daripada yang lain, aku tidak lagi peduli. sebab sepi ini sudah begitu menyatu pada luruh jantungku. kemudian aku buat rumah berbahan remuk, bercatkan darah di jurang yang diam dan kelam ini. untuk sementara ini, aku tidak peduli sebab aku terlalu betah.

24/03/10

Mereka Ada di Jalan

ketika jalan,
aku tidak mengerti apa niat tengah melekat
koar trotoar dihimpit muka-muka lusuh dengan musikalisasi tutup botol
menari pada kehidupan
menyanyikan segala kemuraman
mereka aku sama saja
cuma aku lahir puluhan tahun lebih dulu

ketika jalan,
aku tidak mengerti apa maksud tengah termaktub
orok menetek pada ibu muda yang tengah berperang dengan deru debu jalanan
susu sachetan dikoyak
air mineral dijejal
aku meroyak
ini ginjal jadi terganjal
aku benci teramat mudah
aku mudah teramat benci

ketika jalan,
aku pikir aku perlu menutup mata
biar mati aku punya rasa

SenyumMu

Berikan aku senyumMu
ketika di luar cukup berisik
hujan deras

Berikan aku senyumMu
ketika di dalam cukup mendersik
hati keras

salahku telah menyampah melewati batas sempadan itu
menjulang tinggi tak terlihat
menumpuk selaik bukit merah darah
aku malu...
padaMu
padaku
pada mereka
pada batu dan pasir yang berserakan di halaman

aku sebaik atau seburuk, Kau yang tahu
dengan bersimpuh dan bulirbulir menderai lerai
saja ku berharap,
Berikan aku sedikit senyumMu

Berikan aku senyumMu
ketika hati mendadak kosong
dan pikir tetiba mati
jiwa mulai terombang
menjelaga lalu gelap gulita
aku meringkik resah
remuk!

suara adzan terdengar!
baiklah, aku akan menghadapMu

13/03/10

Schizophrenia

seems kind and nice
with her mellow eyes
of the bird of dove
in the cloudy cove

seems beauty and grace
in her innocent face
of the girl of repent
of a thousand pretend

schizophrenia to schmooze
in the darkness moon
bite you like a bloody booze
carve you in the gravestone soon

when you slack, she stab
when you back, she grab
then here comes you are
in the dead area

Terhadap Budhie El-Gibran

ayo bangun!
ini bukan saatnya
terjerat serat
pada besi tua
yang berkarat keparat

ayo bangun!
ini bukan waktunya
terhempas ampas
pada bias tempias
yang makin meluas lepas

kau aku mereka sama saja
samasama manusia
biasa saja
bawa sayapmu,
aku bawa sayapku
Jangan meragu haru

dengar!
gemeletap langkah kaki
setan sayup terdengar
lalu berkoar hajar
kini usah peduli lagi
jangan lagi mati
jangan pernah lagi..

Seloka Cak Bala Pada Facebook

kelam malam sudah melampau
mata pula masih belalak
sedari pagi teguk kopi
alamat jaga sampai pagi
buka facebook hibur diri
banyak nampak dara berjaga
mungkin kopi jadi durjana
semua orang gundah gulana
ada kawan coba disalam
salam diberi tiada jawaban
coba cari kawan yang lain
ada bule' itupun jadi
tapi malang bukan kepalang
Inggris Bala tak beraturan
itu bule' sungguhlah kejam
pakai Inggris, Inggris pasaran
semua disingkat semacam bonsai
terpaksa jawab biar terjerembab
dijawab pakai bahasa hutan

Itu Aqsa Kami Punya Cerita

dentuman meraum
itu peluru tak bermata
tak bercanda
meretak jiwajiwa dan hati rintih
meradang kemudian meregang

aku jauh,
tapi ini getar bukan ketar

mata memandang
hati merintih
jiwa membara
tangan serta kaki terikat
mampuku cuma melihat

itu Aqsa kami punya cerita
dari Mu'awiyah menuju Ottoman
dari Isra' Mi'raj sampai nanti kemudian

dentuman itu cuma dentuman
takkan runtuh karena auman
tembak kami punya ikhwan
akan ada ikhwan lain penggantinya
hingga bergelung gulung andromeda
hingga meretak tetak ini bumi
meluapluap pada isinya
membuncahbuncah pada keraknya

itu Aqsa kami punya cerita
bukan kau zionis bedebah
jangan pernah mimpi
kami takkan kalah
walau cuma satu yang tersisa.,

Pada Rasa Bukan Tubuh

rintih menyelam
temaram bersandar
pendar pada kitar
penghantar alkisah resah desah

sebenarnya tak ingin ku lukis kisah ini
juga tak harap dekap di sini
sebab tak mampu meragu
tapi biarlah ini rangkai bicara
bahwa aku merindu
walau tidak tentang adamu
juga tidak tentang tubuhmu

alkisah pada parodi
rindu berkisar seperti bumi berputar
isi kepala di situ saja
diam saja
usah kemana
menari saja walau tanpa irama
siluet bentuk bayang
melesat berkelebatan
menggapai capai bayang tergerai
dingin
semu
ku peluk sajalah

bayu menyelinap
aku saja masih tiarap
ini rindu ribu menyerbu
serbu pembuluh coba membunuh

mungkin aku tak sekuat itu
seperti Gatot otot kawat tulang besi
sebab ini rindu, saja memburu
hingga di ambang
batasbatas tiada rentas

ah, ini cuma sajak pengusir rindu
pada rasa bukan tubuh

Perempuan Malam

dingin itu tidak mengganggu bahakmu.
meledak hentak begitu saja sesukanya.
meja di depan bergeleng minta pengertian
sebab kau sepak dia terus berulang.
bahakmu menyisakan cerita-cerita kedengaran usang
dan gersang. kemudian kau dekap erat angin malam yang mengitari
dan mendayu rayu seolah tak lama lagi angin itu akan menghamilimu
tak lama berselang, hujan membawa anak-anak panah,
datang menghujatmu tapi kau tersenyum sipu lalu kau bilang,
"Sudahlah, jangan berpura-pura begitu."

segerombolan armada nyamuk juga ikut mengamuk pada lusuhmu.
kau tampar mereka tapi bunyi tamparan itu seperti mengiang pada dirimu,
seperti bumerang yang kau lempar sekuat-kuatnya.
nyamuk-nyamuk itu tidak terluka tapi kenapa kau yang malah menjerit sekuat tenaga.

malam ini kau tak mungkin lelap,
mungkin seperti malam-malam sebelumnya.
malam setelah kau dibawa lari oleh mereka juga mimpi serta asa yang tersisa.
malam ini kau tampak compang-camping seperti compang-campingnya rute
lika-liku hidupmu. juga dalam diam, kau berharap,
petir nanti akan menyambarmu...

Mereka Bilang Puisi Itu Cengeng

semburat birat merambat
pada selasela mereka mulut bicara
tak lagi tahu kemana
jelata ya jelata saja
jangan lekas tuntas
jangan lantas jadi beluntas
ini sajak tak perlu akreditas.

ayolah,
kami bukan segerombol cengeng mentereng dalam jelaga saja
cuma kami perlu kancah bukan kincah
agar tercecah kami punya jiwa
itu agitasi sememangnya basi
pun bicara kami juga kira
tak mengapa,
biar sajalah,
mereka bilang apa,
kami disini saja

lantas lekas gegas kabari kami apa itu pemberani
apa kalian maksud dengan absurd
jelaga kalian katakan saja
jangan petantang lantas meradang
suka tidak suka terserah saja
usah menyerapah
apa mesti kita berhadaphadapan
kemudian teruji siapa yang menang

kami tidak perlu itu kawan
baiklah, kalian yang menang
dalam kecongkakan.

oh ya, hampir terlupa. samurai dahulu
pun menulis Haiku.,