30/11/09

Pada Cermin di Pojok Kamar Sepi, di atas Dinding, di dalam Mimpi

berawal dari kasihnya kasih, kemudian pergi
seorang anak; kurus, hitam, tanpa dosa,
disekitarannya orang-orang terkasih
yang mengasih kemudian pergi
terlindung si anak dari angkara murka dunia atau
dari apa yang dikasih oleh orang terkasih yang mengasih
terlindung dari kewajiban dunia
lalu berlindung di bawah ketiak mereka

ah..........
si anak hanyalah anak;
yang menerima semua yang dikasih tanpa harus mengerti

di perjalanan ia gontai sementara waktu tak hendak perduli
orang yang mengasih; satu persatu pun pergi,
sebahagian tak lagi mampu untuk mengasih
dunia pun terbentang luas dihadapan,
cakrawala berkembang membentuk pandangan
semesta bergetar, sang surya terus bersinar
menyambut hari dengan pasti

lama si anak terdiam...
menelaah apa yang telah tertinggal tadi di belakang
harapkan cahaya petunjuk kehidupan,
pemberi ruang dalam kegalauan
hampa berharap dari orang terkasih yang mengasih

dimensi waktu, pembelajaran hidup,
penguasaan eksistensi menghantamnya,
si anak terjerembab dan mengeluh
lalu bangkit dan mengeluh lagi
dimana terkasih ketika ku butuh,
bertanya anak dalam hening di malam sepi
tak terjawab.

putaran roda begitu cepat
menghentakkan si anak dalam kesendirian
mencoba kuat, ia berpegang
pada tiang-tiang sandaran halusinasi tiada henti.
semerta terhoyong ke dalam pusaran ilusi
melewati kisi-kisi mimpi

dewasaku sebuah tragedi !
si anak berkata pada dinding yang tak berkata-kata
apa ini semua? aku tak mengenalnya.

Tak ada yang mengajariku,
tidak juga dari kau!
bahkan tidak dari terkasih yang mengasih,
bertanya anak pada cermin
di pojok kamar sepi, di atas dinding, di dalam mimpi.

29/11/09

Selimutku Carut Marut

Selimut ni gak cukup tebal walau Ia tebal.
bayangku menunggu letupan rindu di puncak kalbu
hasratku membuncah terpendam dalam ketidaktahuan
kututupi dengan selimut yang sudah carut-marut
kubuka sedikit..terlihat rumit

tenang....................
ku coba tenang,

gak usah bimbang, aku orang pasti menang
bertenang-tenanglah walaupun bimbang
karena Allah maha pengasih lagi maha penyayang

Teori Kemungkinan

Mungkin...
aku kaya
isteri soleha
anak tiga
luar biasa!

Mungkin...
aku kaya
isteri durhaka
anakpun sama
haram jadah!

Mungkin...
aku miskin
isteri yakin
anak alim
adem!

Mungkin...
aku miskin
hina dina
muram durja
sampah dunia
penuh nista
haram jadah
apa lagi ya ?
hahahahaha

tapi ini semua...
Mungkin!

Terhadap Dewi

jalan itu mengingatkanku;
gadis manis
paras ayu
lagi tersenyum
menjengkelkan!

setiap tanah dan bebatuan
hingga rumah-rumah beserta isinya,
setiap hembusan angin menderu-deru
setiap ratapan bahkan lirikan menikamku
entahlah...

sesaat seketika
otakku menjadi pengkhianat
kaki
tangan
mata
hidung
semuanya, ya semuanya
berkonspirasi tengik
memusuhi aku sedaya upaya

jalan itu menghantuiku
bertalu-talu memekakkan aku
meremukkan tulang belulangku
menghancurkan aku tanpa belas kasihan
persetan!

seribu maki
sejuta sumpah
beserta serapahnya sekaligus
tetap saja...
gadis manis
paras ayu
lagi tersenyum
berkelebat-kelebat tak tentu arah
tersembul dari alang-ilalang
menohok otak pengkhianatku ini
dengan pelan tapi tajam

jalan itu masih mengingatkanku
mungkin cuma bertanya kabar,
bagaimana kau dan kekasih dahulu.,
entahlah...

Aku di Malam Kelam Sepi

malam kelam sepi;
tilam
bantal
guling
kipas
muak!

siapa aku malam ini.,
apa aku besok gimana.,

malam makin kelam sepi;
otakku menari,
perasaan mati,
hambar!

aku mau senyum tapi tidak
aku tidak senyum tapi mau
aku senyum tapi tidak mau

masih saja berganti muka
hingga aku takpun pernah tau
apa aku sebenarnya...

Parodi Moral

Ini parodi moral adinda sayang
parodi terulang bagi kanda yang malang
masa di hadapan dahpun terbayang
tapi sayang sungguh sayang
ini parodi moral adinda sayang

adinda ada seseorang apapun alasan
kanda masih ingin diri seorang lepas ditinggalkan
walau kanda akui ini rasa adalah sayang
tapi sayang sungguh sayang
ini hanya parodi moral adinda sayang

waktu kita teramat singkat
walau sudah begitu dekat
tetap saja takkan melekat
niat kanda peluk dinda erat-erat
bahkan ini niat tak juga sempat

adinda sayang tiada terbilang
kanda kan pergi ke pulau seberang
biarkan adinda kembali normal
anggap saja ini parodi moral

Hari Tanpa Nurani

ketika dingin itu datang
aku telahpun tiba di pantai
kususuri jejak-jejak mimpi
disuatu kerajaan bernama Durjana

tapi nanti aku pasti kembali
walau kalah bakal menghadang
atau serapah orang memandang

biar............!
biarkan pemuka lupa
kemudian semesta dusta
aku masih punya dua kaki
akan kuseret mereka berlari
melawan hari tanpa nurani

Pada Rantai

Aku
Pada rantai
yang terlalu kuat
membelenggu hingga
sesak nafasku dan kucoba
lekatkan huruf-huruf menjadi
kata-kata menjadi frase-frase dan
klausa-klausa; harapku meredalah dia

aneka watak merotak ke relung kelam
menyusuri jejak-jejak hitam terletak
meresap dari pori lalu pembuluh
lalu kini aku dahpun terpaku
akumulasi watak ambigu!
biarkan kelam itu
biar saja itu;
Aku