ada tumpahan darah di geladak kapal
kecil seperti curah hujan yang mengukir pasir
banyak sebab rintik itu sememang jamak
para nakhoda mata tak tampak
sebab mereka tengah bermain di anjungan
merentang tangan umpama sayap
seperti romansa dalam titanic
para nakhoda lupa sekoci
mungkin juga lupa diri
sebab darah tak jua bersih
itu sekoci tinggal di pelabuhan kemarin
dimana mereka angkuh atas nama cupid
pernah aku juga ikut berlayar
mengarungi lautan diam dan kelam
ketika ombak besar memberi salam
badai dan petir melalu lalang
menghantam kompas ku bawa dengan hati
aku tenggelam di dasar samudera paling dalam
tak ada anjungan
tak ada geladak
apalagi sekoci
hanya diam, kelam dan hitam
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar