07/06/10

Perspektif pada Jiwa

ada irama menari di jiwa terselubung kabut
irama bernyanyi di segenap raga
semerta tumpah dalam alunan orkestra klasik melankolis
gerak bergerak dalam kristal tipis dimana liukan-liukan tampak angkuh
irama berdansa mengundang jiwa
mari kemari tari bersama

di sisi lain...
ada jeritan tersamar di jiwa terselubung selimut
jeritan meracau-racau pada isi kepala
membatu dengan keras sekeras-kerasnya
jeritan menjahit udara dengan udara,
menyulam angin dengan angin
ini jeritan menulikan jiwa seperti manusia menulikan angin

di persimpangan...
irama dan jeritan berhadap-hadapan
mereka beradu berpandang-pandangan,
selang seling saling bersilangan
debat mendebat
bantah membantah
hardik menghardik
irama mewarna jiwa, jeritan lantas pecah karsa

ketika itu...
pepohonan masih tampak jauh
kuseret kaki menuju rindangnya
sampai, kubersandar pada batang kokoh namun tua
duduk menatap kawanan murai dan individualisme elang melalu-lalang

Oh...jiwa, jadilah mercusuar
tegaklah usah beranjak
berdiri kokoh menantang angin dan badai
jadilah petunjuk pada pelayar malam

Oh...jiwa, peluklah malam redakan jeritan
biarlah irama menari sesuka-sukanya meski hujan jelang menjelang
walau basah bumi merebah merunduk malu
biarkan ia telanjang dalam kesunyian

Tidak ada komentar:

Posting Komentar